UJU DI NGOLUNGHON

A note from an Inspiring Song “Uju di Ngolunghon” Oleh: Baktiar Sitohang Uji Di Ngolunghon Hamu anakhonhu…(kalian semua anak2ku) Tampuk ni pusupusuki…(belahan hatiku) Pasabar ma amang, Pasabar ma boru,(yang sabarlah anak-anakku) Lao patureture au…(untuk merawat aku) ***Nunga ma tua au…(aku sudah tua) Jala sitogutoguon i…(dan sudah perlu dituntun untuk berjalan) Sulangan mangan au, Siparidion au,(saat…

A note from an Inspiring Song “Uju di Ngolunghon”

baktiar-sitohang2Oleh: Baktiar Sitohang

Uji Di Ngolunghon


Hamu anakhonhu…(kalian semua anak2ku)

Tampuk ni pusupusuki…(belahan hatiku)

Pasabar ma amang, Pasabar ma boru,(yang sabarlah anak-anakku)

Lao patureture au…(untuk merawat aku)

***Nunga ma tua au…(aku sudah tua)

Jala sitogutoguon i…(dan sudah perlu dituntun untuk berjalan)

Sulangan mangan au, Siparidion au,(saat ini musti dibantu/disuapi utk makan, dibantu mandi)

Ala ni parsahitonki…(karena sakit yang aku derita)

Reff:

So marlapatan marende, margondang, marembas hamu, (tak berguna kalian bernyanyi2, margondang, dan menari2 memestakan persemayamku)

molo dung mate au…(jika aku sudah mati)

So marlapatan na uli, na denggan patupaonmu,(tak berguna lagi yang indah, yang bagus yang kau lakukan untukku)

molo dung mate au…(jika aku sudah mati)

Uju di ngolungkon ma nian…(ketika hidupku inilah)

Tupa ma bahen angka na denggan,(kamu lakukan semua yang terbaik)

Asa tarida sasude…(supaya nyata semua)

Holong ni rohami, marnatua-tua i.(KASIH mu yang ber-orangtua)

Balik ke:***

Lagu Pop Batak diatas (seingatku dinyanyikan oleh Joy Tobing) masih demikian populernya saat ini,baik itu dalam acara pesta bona taon, pesta pernikahan orang-orang Batak, pesta pembangunan gereja, di lapo, di rumah-rumah orang Batak, pun tak ketinggalan juga di café Batak lagu ini sering dinyanyikan.


Lagu “Uju di ngolunghon” musiknya enak didengar, tapi yang terpenting adalah pesan moral dari syair lagu tersebut yang sungguh-sungguh amat menggugah hati kita siapapun itu (yang masih punya nurani dan peduli pada orangtua) untuk merenungkan kata demi kata dalam syair lagu tsb. Kadang saya terpikir, bahwa lagu tersebut ibarat petuah yang teramat dalam dan berharga buat kita manusia apalagi dalam posisi sebagai anak, anak-anak dari orang tua kita.

Kita yang mendengar saat ini patut berterimakasih pada sipencipta lagu tersebut karena kita direfresh kembali akan makna cinta kasih yang sesungguhnya, cinta yang tulus, cinta yang tidak mengharapkan sebentuk imbalan apapun lagi dari orangtua kita tercinta. Lagu ini dengan sederhana namun tegas menitip pesan pada kita bahwa ketika dimasa-masa hidupnyalah kita harus berusaha dengan segenap hati dan pikiran, dengan segenap kemampuan yang ada yang kita miliki, dengan materi (tidak perduli sekecil atau sebesar apapun) yang kita miliki untuk membuat orang tua kita senang, tersenyum, tertawa, bahagia, merasa didengarkan, merasa dihormati dan diperlakukan dengan hormat tanpa melihat kondisi apapun dari si orangtua kita saat ini (eventhough jika kebetulan mereka sudah tua renta, tak berdaya lagi melakukan aktifitasnya sendiri, atau jika lagi sakit, bahkan jika masih sehat walafiat juga!!).

Reffrein lagu tersebut berkata, “So marlapatan marende, margondang marembas hamu, molo dung mate au, So marlapatan na uli, na denggan patupaonmu, molo dung mate au. Uju di ngolungkon ma nian, Tupa ma bahen angka na denggan, Asa tarida sasude holong ni rohami marnatua-tua I”.

Syair dari reffrein tsb sungguh dengan gamblang memberitahu ke kita apa sebenarnya isi hati dan keinginan terdalam namun sederhana dari orangtua kita, orang yang melahirkan kita, orang yang membesarkan kita, sosok yang mengajari kita dari yang tidak tau menjadi tau, orang yang melindungi kita ketika kecil dari segala marabahaya yang mungkin mengintip kita, orang yang bersusah payah mencari uang untuk biaya-biaya sekolah kita, orang yang mendoakan kita dalam setiap doa-doa yang dipanjatkannya pada Tuhan, orang yang selalu membela kita walau kita kadang dan sering salah dalam bertindak dan bertutur, yaitu MELAKUKAN YANG TERBAIK buat mereka selagi mereka masih HIDUP!! sebab tiada berguna membuat pesta 7 hari 7 malam sambil manortor margondang dan memesan makanan sebanyak-banyaknya untuk menjamu para tamu dan handai taulan yang datang, atau membangun tugu setinggi-tingginya ketika mereka sudah tiada karen mereka tidak akan menikmati semuanya itu lagi.

Dimasa hidupnyalah melakukan & memberikan yang terbaik yang harus dilakukan pada mereka, sekaya apapun orangtua kita , sebaik apapun orang tua kita, sehebat apapun orang tua kita, sekeras apapun orangtua kita mendidik kita, serewel apapun orang tua kita, sejutek apapun orang tua kita, se-sok tau apapun orang tua mereka, apalagi jika orang tua kita kebetulan adalah orang susah, kita harus memberikan yang terbaik untuk mereka selagi mereka masih hidup. “Uju di ngolungkon ma nian, Tupa ma bahen angka na denggan, Asa tarida sasude holong ni rohami marnatua-tua I”.

Salam Hormat dan Kasih untuk semua orang tua.

*) Baktiar Sitohang, seorang alumnus FT Universitas Sumatera Utara. Sekarang bekerja dan tinggal di Jakarta.

Tags:

Responses to “UJU DI NGOLUNGHON”

  1. Benhard SITOHANG

    Ah… itulah yang disebut : MANGAIT TU NGADOL….orang-tua menagih piutang kepada anak-anaknya.

    Like

  2. Tamin Jonner Simatupang

    Saya juga sangat suka lagu “Uju Dingolungkon” bahkan saya angkat lagu ini menjadi penjemaatan bagi keluarga kami dan lagu ini juga suka saya kutip bila saya menyampaikan renungan pada punguan keluarga. kenapa saya suka lagu ini karena pesan yang dalam disampaikannya kepada khalayak khususnya orang batak, memang lagu ini saya resapi pada waktu Putri Silitonga Menyanyikannya dan saya langsung membuka Bibel atau Alkitab pada Keluaran 20. 12 Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu atau Regard (treat with honor, due obedience, and courtesy) your father and mother, that your days may be long in the land the Lord your God gives you. Disinilah yang putus kasih ( holong ) seorang anak terhadap orang tua seolah-olahnya berbelok atau tidak fokus. terputusnya kasih terhadap orang tua semasa hidupnya sering dilakukan orang, baru setelah orangtuanya meninggal apapun dilakukannya hanya untuk sebagai prestice pada hal orangtua kita tidak mengiginkan atau tidak tahu apa yang kita perbuat setelah dia meninggal. Bahkan kita sering mengurusi hal-hal yang tidak bermanfaat contohnya kita mampu membangun sebuah monumen tapi tidak mampu membangun kehidupan orangtua kita dan orangtua lainnya secara umum. Contoh kedua, ada sebuah kelurga tinggal dijakarta dan orangtuanya tinggal di Pakkat Parlilitan kehidupannya biasa-biasa saja, tetapi hubungan dengan orantuanya sangat baik karena mottonya memang Orangtua adalah Debata na niida ( Allah yang terlihat ) jadi perkunjungannya dengan orangtuanya kalau tidak bulan Juni, bulan Desember atau orangtuanya didatangkan dan mereka juga mengatakan kalau orangtua kami meninggal tidak ada rasa penyesalan dan aku tidak mengatakan lagi kenapa waktu masa hidup orangtuaku tidak ada kami perbuat, tidak menghormatinya, itulah ucapanya. Memang menghormati orangtua tidak harus mewah tetapi sesederhana sekalipun harus kita lakukan dan tidak sombong melakukannya agar Tuhan senantiasa memberkatinya. terima kasih kepada sipencipta dan yang menyanyikan lagu dimaksud sangat besar manfaatnya. Terima kasih.

    Like

  3. Waraqal bin Naufal

    Hebat, Insiratif, Sastra indah penuh wejangan agar orang Batak jangan getol membangun tugu orang mati, sementara ketika orang itu hidup tidak diurus. Bonapasogit adalah tanah kuburan orang mati dari perantauan karena harga tanah mahal di kota dan untuk mencari nama di kampung agar dapat diakui untuk dapat warisan tanah. Lagu ini melawan semua pembodohan atau jahillyah orang Batak dan memberikan PENCERAHAN DAN PEMBEBASAN UNTUK MELAWAN PEMBODOHAN karena orang mati TIDAK DAPAT lagi memberkati/mamasumasu pomparannya.

    Like

  4. Munafik bin Parise

    Wah, Tugu Sitohang aja direhab dgn biaya Rp. 30.270.000, kan lagu ini kontradiksi dengan Blog Sitohang ini???? Saya jadi bingung, kok ada kemunafikan dgn tugu. Masih banyak orang Batak Ambivalen antara pesan moral agama yg berkata tidak ada gunanya membangun tugu dan Dalihan Na Tolu yang berbau pembodohan dgn menstimulus pembangunan tugu sbg bagian penghormatan tu natoras songon wakil ni debata, molo parmabuk natorasna, bah parmabuk ma debatana. Amang tahe dangolhi…Oi …Tugu Sitohang……munafik lou

    Like

  5. manalu

    kl semasa hidup mampu menyenangkan,pas meninggal saggup membangun tugu lebih bagus lagi..maksud lagu ini kan jgn kita berjuang keras sesudah meninggal daripada pas masih idup..kl pas idup dan meninggal kita sanggup membahagiakan,knapa tidak?

    Like

  6. pmarbun

    Horas lae.
    Perkenankan saya untuk copas artikel yang bagus untuk blog:http://my.opera.com/pmarbun/. Semoga artikel ini menguatkan arti kasih sesungguhnya. Terima kasih. Horas

    Like

Leave a comment